MANADO — kpksigap.com, Jumat, 31 Oktober 2025.
Suasana penuh euforia mewarnai peluncuran resmi klub legendaris Persma 1960, yang dihidupkan kembali oleh Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus Komaling (YSK). Dalam momen bersejarah itu, Gubernur YSK menyerukan semangat baru bagi kebangkitan sepak bola di Bumi Nyiur Melambai.
“Persma bukan sekadar klub, tapi identitas dan kebanggaan Sulawesi Utara. Kini waktunya kita bangkit!” tegas Gubernur YSK dengan nada penuh keyakinan.
Ia menambahkan bahwa kebangkitan Persma akan menjadi tonggak baru bagi regenerasi atlet sepak bola di daerah ini. “Kita ingin melihat talenta muda Sulut kembali bersinar, membawa nama daerah ini ke pentas nasional dan internasional.”
Gubernur YSK menegaskan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara siap memberikan dukungan penuh bagi pengembangan Persma 1960.
Ia mengingatkan pengurus dan manajemen klub agar bekerja secara profesional, transparan, dan berorientasi pada pembinaan jangka panjang.
“Saya ingin Stadion Klabat kembali hidup. Saya ingin setiap anak muda Sulut kembali punya mimpi menjadi pemain Persma. Itu semangat kita!” ujarnya disambut tepuk tangan meriah hadirin.
YSK juga menggarisbawahi pentingnya menghidupkan kembali ekosistem sepak bola daerah, mulai dari kompetisi lokal, pembinaan usia dini, hingga kerja sama lintas sektor. “Kebangkitan sepak bola tidak bisa instan. Tapi kalau dikerjakan dengan hati, kita pasti bisa kembali berjaya.”
Persma 1960, Persatuan Sepak Bola Manado, merupakan klub yang sarat sejarah dan kenangan manis bagi masyarakat Sulawesi Utara.
Lahir dari semangat anak-anak muda Manado di era 1960-an, Persma sempat menjadi simbol kejayaan sepak bola Indonesia Timur.
Salah satu catatan emasnya terjadi pada 1995, saat raksasa Belanda PSV Eindhoven, yang kala itu diperkuat bintang dunia seperti Ronaldo, Philip Cocu, dan Boudewijn Zenden — datang ke Stadion Klabat untuk laga persahabatan melawan Persma.
Pertandingan tersebut menjadi legenda, menandai era kejayaan “Badai Biru” yang kala itu diperkuat oleh nama-nama seperti Rodrigo Araya, Francis Wewengkang, Jan Kaunang, Maxi Warokka, dan Izack Fatari.
Musim 1995–1996 bahkan disebut sebagai masa keemasan Persma, dengan masuknya sejumlah pemain asal Kamerun yang pernah tampil di Piala Dunia, seperti Jules Denis Onana, Ernest Ebongué, dan Jean-Pierre Fiala.
Mereka turut menginspirasi generasi muda Sulut kala itu untuk bermimpi lebih besar.
Kini, di bawah arahan Gubernur YSK, Persma 1960 dihidupkan kembali dengan visi modern: menjadi klub pembinaan yang berdaya saing dan berintegritas.
“Persma harus menjadi rumah bagi talenta lokal. Kita tidak hanya ingin menang di lapangan, tapi juga menang dalam membangun karakter anak bangsa,” tutur YSK.
Ia menutup sambutannya dengan kalimat yang membakar semangat:
“Badai Biru harus kembali menggema, bukan hanya di Stadion Klabat, tapi di seluruh hati rakyat Sulawesi Utara. Karena Persma adalah kita, dan kita adalah Persma!”
Dengan bangkitnya Persma 1960, publik sepak bola Tanah Air kini menaruh harapan besar pada kebangkitan sepak bola Sulawesi Utara.
Tidak hanya sebagai klub, tetapi sebagai gerakan moral dan budaya olahraga yang membangun semangat kebersamaan, disiplin, dan sportivitas di tengah masyarakat.
“Persma 1960 bukan nostalgia, tapi masa depan,” ujar salah satu legenda klub, Francis Wewengkang, yang turut hadir dalam acara peluncuran tersebut.
Dengan dukungan penuh pemerintah dan masyarakat, “Badai Biru” siap kembali bertiup kencang dari tanah Minahasa untuk mengguncang sepak bola Indonesia.. (oby)
Gubernur Yulius Selvanus Komaling Resmikan Kebangkitan Persma 1960: “Saatnya Badai Biru Kembali Mengguncang Nusantara!”




